.
Oleh : Cahyadi Takariawan
“If you write regularly, you will generate more creative ideas than if you write only sporadically. Successful writers do not wait until they are inspired to write” — Joseph M. Moxley
.
Mungkin Anda hanya menulis sedikit kata setiap harinya, namun Anda lakukan itu dengan teratur. Anda selalu rutin menulis, pada waktu yang sudah Anda tetapkan, setiap hari. Tidak ada hari berlalu, kecuali Anda menghasilkan karya tulis –sebagian kecil dari tema, atau menyelesaikan satu tema.
Joseph M. Moxley menyarankan keteraturan yang patut kita simak. “Jika Anda menulis secara teratur, Anda akan menghasilkan lebih banyak ide kreatif daripada jika Anda hanya menulis secara sporadis. Penulis yang sukses tidak menunggu sampai mereka terinspirasi untuk menulis”, ujar Moxley.
Mengalahkan Musuh-Musuh Keteraturan
Namun untuk menjadi teratur, Anda harus mengalahkan sangat banyak musuh. Berikut sebagian musuh yang wajib Anda kalahkan.
- Kemalasan
Musuh pertama untuk membangun keteraturan dalam menulis adalah kemalasan. Seperti apapun pandainya seseorang, seperti apapun hebatnya dalam kemampuan menulis, namun jika malas, tak akan bisa menghadirkan keteraturan. Para pemalas cenderung tidak menghasilkan karya.
Itu sebabnya, bagi Anda yang beragama Islam, kita dituntunkan untuk berdoa secara rutin, agar dihindarkan dari sifat kemalasan. Doa tersebut diajarkan oleh Nabi Saw, “Allahumma inni a’udzu bika minal ‘ajzi, wal kasali”. Ya Allah, aku berlindung dari sifat lemah dan malas.
Menurut Imam Nawawi, ‘ajz (lemah) adalah tidak memiliki kemampuan untuk melakukan kebaikan. Sedangkan malas (kasal), adalah kurangnya motivasi untuk melakukan kebaikan padahal memiliki kemampuan. Jadi ‘ajz itu tidak ada kemampuan sama sekali, sedangkan kasal itu masih ada kemampuan namun tidak ada dorongan untuk melakukan kebaikan.
Kita didorong untuk melawan rasa lemah dan malas. Ini menandakan, kita diharapkan menjadi manusia yang giat dan produktif melakukan banyak kebaikan. Bukan menjadi pemalas dan lemah kemauan.
- Ketakutan
Musuh kedua adalah ketakutan. Banyak penulis pemula yang diliputi ketakutan akan kualitas hasil karya. Misalnya, takut kalau hasil karya tulisnya tidak berkualitas. Ada yang takut mendapat kritikan atau celaan dari pembaca. Ada yang takut dinilai negatif oleh orang-orang di sekitar. Ada yang takut tulisannya tidak dibaca dan tidak dipedulikan. Ada yang takut dinilai sebagai tidak patut.
Semua jenis ketakutan itu, akan membelenggu. Dampaknya, membuat tidak menepati jadwal-jadwal menulis yang telah ditetapkan sesuai Zona Waktu Menulis (ZWM) masing-masing. Ada ketakutan, “Ngapain harus capek-capek menulis, nanti hasil tulisanku cuma diketawain pembaca”.
Ketakutan seperti ini sebenarnya bisa diatasi dengan membuat disclaimer kepada pembaca. Santai saja, karena toh tidak ada orang sempurna di muka bumi ini. Bahkan penulis paling hebat sekalipun, juga memiliki kekurangan dan kelemahan. Jadi Anda boleh saja menuliskan disclaimer di awal tulisan, jika Anda merasa nyaman dengan itu.
Saya pernah menulis dengan disclaimer berlapis-lapis. Coba cermati tulisan saya dengan disclaimer yang berlapis, di sini. Artikel saya yang berjudul “Tulisan yang Bagus dan Berkualitas, Seperti Apa?” benar-benar saya buat dengan ketakutan. Namun saya harus menuliskannya, dengan cara memberi disclaimer berlapis. Ini membuat saya merasa lebih nyaman dan aman.
- Keragu-raguan
Musuh ketiga adalah keragu-raguan. Banyak penulis yang dilanda keragu-raguan, apakah ada gunanya menulis tema ini? Apakah jika aku tulis cerita ini, akan ada manfaatnya? Apakah tulisanku ini nanti akan menyinggung pihak tertentu? Sangat banyak jenis keraguan yang menghinggapi diri penulis, sampai akhirnya memilih tidak menulis pada waktu yang seharusnya ia menulis.
Para ulama menjelaskan, sebagian dari sifat ragu-ragu itu dari setan. Terutama bagi mereka yang kehidupannya penuh dengan ragu-ragu. Artinya, itu adalah musuh yang harus dilawan, karena berdampak merugikan. Membuat tidak produktif, dan membuang-buang banyak kesempatan.
Memang ada jenis keragu-raguan yang positif, misalnya ketika menulis terkait dengan hal-hal yang memerlukan rujukan. “Apakah hadits yang saya kutip ini sahih?” Nah keraguan ini positif, dan ditindaklanjuti dengan mencari informasi status hadits. Jangan sampai menyebarkan hadits dengan informasi yang salah.
Yang harus dilawan adalah ragu-ragu yang membuat tidak menulis. Ritme keteraturan yang hendak divangun menjadi hancur berantakan karena mengikuti keragu-raguan. Tetapkan pendirian, buang keragu-raguan.
- Ketidaktahuan
Musuh keempat adalah ketidaktahuan. Banyak penulis pemula membayangkan, menulis buku adalah sesuatu yang hebat dan istimewa. Persepsi ini terbangun, karena ketidaktahuan tentang cara membuat buku.
Annie Dillard penulis buku For The Time Being menyatakan, “You know when you think about writing a book, you think it is overwhelming. But, actually, you break it down into tiny little tasks any moron could do.”
“Anda tahu ketika berpikir untuk menulis buku, Anda pikir itu luar biasa. Tetapi, sebenarnya, Anda memecahnya menjadi tugas-tugas kecil kecil yang bisa dilakukan orang biasa saja”, ujar Dillard.
Jadi banyak hal yang karena ketidaktahuan, membuat seseorang tidak berani melakukan atau mencoba melakukan. Maka kita harus banyak belajar, untuk mereduksi ruang-ruang ketidaktahuan yang merugikan.
- Ketidaktegasan
Musuh kelima adalah ketidaktegasan. Sangat banyak hal harus dilakukan, sementara sangat sedikit waktu yang kita miliki. Maka harus memiliki prioritas yang jelas, sembari berani bersikap tegas. Misalnya, berani tegas mengatakan tidak terhadap berbagai tawaran agenda yang bisa merusak ritme keteraturan.
Anda harus benar-benar mengelola waktu. Robert Boice penulis buku Professors as Writers menyatakan, “Clearly, writers must learn to deal with time. Jelas, penulis harus belajar berurusan dengan waktu”. Tanpa pengelolaan waktu yang tegas, menulis akan selalu dikalahkan oleh agenda lainnya.
Maka bersikap tegaslah, agar Anda bisa menikmati ritme keteraturan dalam menulis. Katakan tidak dengan tegas, untuk semua hal yang bisa merusak keteraturan menulis.
Bahan Bacaan
Joseph M. Moxley, Establish a Comfortable Place to Write, www.writingcommons.org
Santap pagi, tidak bisa dilewatkan.
Sungguh tulisan yang bergizi. Hal yang disampaikan Bapak benar adanya. Ketakutan dan tidak percaya diri sering menghantui. Terima kasih Pak Cah.
Terimakasih Pak Cah. Sangat menginspirasi.
Terimakasih Pak Cah, sajian penuh gizi.
Ketegasan mengelola waktu untuk mengalahkan musuh.