
Mengatasi Rasa Malas Menulis dengan SPIRIT
.
Oleh : Cahyadi Takariawan
“I’ve found that writing when it’s most inconvenient is how I’m the most creative” — E. Napoletano, 2014
.
Sebagai penulis, pasti pernah dihinggapi rasa malas dan jenuh. Hanya saja, ada yang membiarkan saja kemalasan dan kejenuhan, ada yang cepat mengatasinya. Bahkan ada yang ‘memelihara’ kemalasan tersebut sehingga membuatnya tak pernah menulis lagi.
Pada tulisan sebelumnya, sudah saya sampaikan tanda-tanda hadirnya kemalasan tersebut. Pada kesempatan kali ini, akan saya sampaikan tips mengatasi rasa malas menulis, apabila kemalasan sudah menghampiri kita.
Ketika rasa malas datang menggoda, segera datangkan SPIRIT untuk melawannya. Apa itu SPIRIT? Berikut enam aspek spirit.
S – spiritualitaskan diri
P – paksakan diri
I – ingatkan diri
R – relaksasikan diri
I – majinasikan diri
T – teguhkan diri
Pertama, Spiritualitaskan Diri
Saat datang malas, saya segera ta’awudz –memohon perlindungan kepada Allah dari godaan setan. Karena saya meyakini kemalasan untuk berbuat kebaikan itu datangnya dari setan. Maka saya harus melawan dengan ta’awudz atau isti’adzah. Inilah cara men-spirirtualitaskan diri.
Jika masih malas, saya segera berwudhu, dan meniatkan diri untuk menulis. Bismillah, saya menulis untuk menebar kebaikan. Dalam suasana spiritualitas yang bagus, semangat menulis datang dan lancar dalam menuangkan ide ke dalam tulisan.
Itu sebabnya saya selalu berusaha menjaga wudhu dan dzikir saat menulis. Karena itu senjata melawan godaan setan yang terkutuk.
Kedua, Paksakan Diri
Tak ada cara yang lebih efektif untuk melawan kemalasan, kecuali dengan memaksakan diri. Setelah berwudhu dan berniat, saya segera mengaktifkan laptop. Saya memaksakan diri untuk menulis, meskipun dalam keadaan malas.
Menarik apa yang diungkapkan oleh E. Napoletano, “I’ve found that writing when it’s most inconvenient is how I’m the most creative”. Bahwa menulis di saat kondisi tidak nyaman, justru sangat kreatif. Percayalah.
Ketiga, Ingatkan Diri
Saya memiliki komitmen menulis setiap hari. Saya menulis rutin untuk blog Ruang Menulis, Ruang Keluarga, Kompasiana, Lockdown 2020, ditambah lagi dengan tulisan untuk Fanspage, dan Instagram. Ada tujuan, ada target, bahkan ada acievement harian yang ingin saya dapatkan.
Saat malas, saya segera ingatkan diri saya untuk berbagai tujuan, target dan achievement tersebut. Ini akan membuat saya segera menulis. Meski sudah tengah malam.
Keempat, Relaksasikan Diri
Salah satu sebab munculnya malas adalah suasana jiwa yang terlampau jenuh. Misalnya, saat padat kegiatan, sangat lelah, sangat monoton. Segera relaksasikan diri, dengan olahraga ringan, atau refreshing suasana sejenak.
Saya biasa relaksasi dengan jalan-jalan di sekitar rumah saja. Misalnya berjalan-jalan di depan rumah, atau di sawah belakang rumah, beberapa menit. Atau menikmati kopi panas yang baru diseduh dengan V-60. Aromanya saja sudah mampu membuat relaksasi.
Setelah hilang kejenuhan, berdatanganlah ide-ide cemerlang. Tulisan mengalir tak terbendung. Semua target terlampaui.
Kelima, Imajinasikan Diri
Saya punya melaksanakan umrah bersama keluarga. Saya ingin menikmati kesegaran udara desa terindah, Hallstatt, di Austria. Saya ingin menikmati keunikan sunset di Santorini. Bahkan masih banyak spot keindahan Turki yang belum sempat saya nikmati. Itu semua adalah imajinasi yang sangat menggoda.
“Bagaimana kamu bisa jalan-jalan ke luar negeri, kalau malas kayak gini?” Kira-kira begitu cara menyemangati diri. Saya buka galeri foto dan video Makkah, Madinah, Hallstatt, Santorini, Istanbul. Imajinasi saya melambung.
“When your brain connects your thoughts with a pen and then to paper, neurons fire. Hearts swell. Ideas flow”, ujar E. Napoletano.
Keenam, Teguhkan Diri
Ada banyak tawaran saat malas datang. Ada yang mengajak nonton film, atau ke pantai, atau wisata kuliner. Teguhkan diri, jika memang berada di zona waktu eksklusif untuk menulis, minta maaflah atas semua tawaran menarik tersebut. Sebab Anda harus menulis.
Termasuk ketika dibully teman-teman komunitas, karena belum bisa bersama mereka, teguhkan diri, bahwa zona waktu menulis Anda tidak akan ditukar dengan berbagai tawaran lainnya. Sudah ada alokasi waktu masing-masing untuk setiap kegiatan, jangan memudahkan diri untuk mencuri waktu dari zona waktu menulis Anda.
Demikianlah enam tips, pengalaman pribadi saya, mengatasi kemalasan menulis. Malas itu “manusiawi”, namun jika menuruti kemalasan, itu “syaithani”. Lawan kemalasan, hadirkan SPIRIT dengan penuh kegagahan.
Bahan Bacaan
E. Napoletano, 3 Easy Hacks for Kicking Your Lazy Writing Habits, www.americanexpress.com, 22 Juli 2014
Ilustrasi
26 kali dilihat

Jangan Menjadi “Lazy Writers”

Where Are the Edges of Your Day?
Anda Mungkin Suka Juga

Mengalahkan Musuh, Memenangkan Keteraturan
21 Agustus 2020
Sarana Khusus Menulis
9 Mei 2020
2 Komentar
Maryati
Sering muncul rasa itu. Harus digembur rasa itu tuk memulai yg terbaik. Trimk ustadz
Fria nella
Tulisasan – tulisan pak Cah selalu mengingatkan untuk terus berbuat baik dengan menulis.
Jazakallahu khair.