.

Writing for Wellness – 59

Oleh : Cahyadi Takariawan

.

Kemarahan (anger) adalah emosi yang dimiliki oleh semua manusia. Satu sisi, kemarahan berguna dalam usaha perlindungan diri. Namun kemarahan juga dapat mengakibatkan perilaku agresif, destruktif, atau maladaptif yang dapat merusak hubungan sosial. Kemarahan juga bisa mengganggu pencapaian tujuan hidup, dan menyebabkan berbagai macam konsekuensi yang tidak diinginkan (Patrick, 2013).

Kemarahan adalah keadaan pengalaman (emosional, fisiologis, dan kognitif) yang berhubungan dengan motivasi dan respon perilaku tetapi juga dapat dipisahkan dari perilaku (Deffenbacher, dalam Patrick, 2013). Kemarahan dapat dipahami sebagai emosi dan keadaan pengalaman subjektif (Del Vecchio & O’Leary, dalam Patrick, 2013). Kemarahan juga dikaitkan dengan beberapa perubahan fisiologis, proses kognitif, dan perilaku (Patrick, 2013).

“Anger is one of the most basic emotions that people frequently encounter and attempt to manage or effectively express. Anger can motivate behavior and be useful in the pursuit of goals or the exercise of self-protection and assertion” (Patrick, 2013).

Bagi Anda yang beragama Islam, ada arahan yang sangat fundamental terkait kemarahan. Bahwa kemarahan adalah sesuatu yang harus dikendalikan dan diatasi. Tidak boleh dibiarkan dan diekspresikan secara semana-mena.

Suatu ketika seorang lelaki menemui kepada Nabi Saw. “Berilah aku wasiat,” ujarnya. Beliau Saw menjawab, “Janganlah engkau marah.” Lelaki itu mengulang-ulang permintaannya, namun Nabi Saw selalu memberikan jawaban yang sama, “Janganlah engkau marah.” (HR. Bukhari).

Dalam riwayat lain, Rasulullah Saw bersabda, “Bukanlah orang kuat (yang sebenarnya) dengan (selalu mengalahkan lawannya dalam) pergulatan (perkelahian), tetapi tidak lain orang kuat (yang sebenarnya) adalah yang mampu mengendalikan dirinya ketika marah”.

Pernah ditanyakan kepada Abdullah bin Al-Mubarak, “Sampaikanlah kepada kami nasehat yang menghimpun semua akhlak yang baik dalam satu kalimat”. Beliau menjawab, “Yaitu meninggalkan (menahan) kemarahan”.

“Anger can result in aggressive, destructive, or maladaptive behavior that can severely damage important social relationships, interfere with goal attainment, and lead to a wide variety of undesirable consequences” (Patrick, 2013).

Regulasi Kemarahan

Oleh karena marah adalah hal yang negatif, maka agama Islam mengajarkan agar melakukan regulasi emosi. Nabi Saw menyatakan, “Jika salah seorang dari kalian marah maka hendaknya dia diam”. Dalam riwayat lain dinyatakan, “Jika salah seorang dari kalian marah dalam keadaan berdiri maka hendaknya dia duduk, kalau kemarahannya belum hilang maka hendaknya dia berbaring”.

Selain mengatasi kemarahan sesaat melalui pendekatan agama, bisa ditambah dengan metode-metode praktis lain. Misalnya melalui metode menulis ekspresif, terkait kondisi emosional yang dihadapi. Telah banyak studi terkait manfaat menulis ekspresif untuk meredakan emosi dan kemarahan.

Studi terkait metode menulis ekspresif untuk menurunkan kemarahan, pernah dilakukan oleh Yeni Dwi Rejeki (2014). Ia melakukan penelitian untuk meningkatkan kemampuan mengelola emosi marah siswa kelas XI SMA melalui teknik menulis ekspresif. Penelitian ini menggunakan tindakan kelas (action research) yang dilaksanakan dalam dua siklus menggunakan model Kemmis dan Taggart.

Siklus pertama dilaksanakan dengan tiga tindakan, mengungkapkan emosi marah yang sering muncul, mengungkapkan emosi marah yang terkait dengan teman dekat, dan puisi “kemarahan”. Tindakan pada siklus kedua, mengungkapkan emosi marah yang masih terpendam, cara mengekspresikan emosi marah dan menulis surat kepada seseorang yang membuat marah. Subjek dalam penelitian ini adalah 17 siswa kelas XI SMA.

Teknik pengumpulan data dengan menggunakan skala kemampuan mengelola emosi marah, observasi dan wawancara. Analisis data menggunakan metode kuantitatif, dan diperkuat dengan analisis data kualitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik expressive writing dapat meningkatkan kemampuan mengelola emosi marah siswa kelas XI SMA. Peningkatan yang signifikan dibuktikan dengan hasil skor skala kemampuan mengelola emosi marah dan rata-rata skor pre test 80,70; post test I 95,82; dan post test II 105,88.

Hasil penelitian Yeni Dwi Rejeki (2014) menunjukkan hasil, teknik expressive writing dapat meningkatkan kemampuan mengelola emosi marah siswa kelas XI SMA.

Hasil tersebut diperkuat dengan wawancara dan observasi yang menunjukkan adanya peningkatan kemampuan mengelola emosi marah. siswa mampu mengekspresikan emosi marahnya secara tepat, tidak memendam emosi marah secara terus menerus, mampu merefleksikan diri, dan mampu meredakan emosi marah apabila pikiran negatif mulai muncul agar emosi marah tersebut tidak meluap-luap.

Selain itu, siswa memiliki motivasi untuk berubah dalam mengungkapkan emosi marah ke arah yang lebih baik lagi. Dengan demikian, menulis ekspresif bisa menjadi salah satu alternatif metode untuk menyalurkan emosi marah dengan cara yang konstruktif, dan memberikan hasil yang baik.

Penelitian serupa dilakukan oleh Christiana dan Ningsih (2017). Mereka meneliti efektivitas teknik menulis ekspresif dalam meningkatkan pengelolaan amarah pada siswa kelas X SMK. Jenis penelitian ini adalah penelitian pre-eksperimen dengan pre-test design posttest one group design. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket pengelolaan amarah yang terdiri dari 41 item.

Penelitian Christiana dan Ningsih (2017) menyimpulkan, teknik menulis ekspresif efektif untuk meningkatkan pengelolaan amarah pada siswa kelas X SMK.

Berdasarkan hasil pre-test diperoleh 5 siswa yang diidentifikasi memiliki skor pengelolaan kemarahan emosional yang rendah. Teknik analisis data yang digunakan adalah statistik non parametrik dengan menggunakan uji Wilcoxon. Dapat disimpulkan bahwa teknik menulis ekspresif efektif untuk meningkatkan pengelolaan amarah pada siswa kelas X SMK.

Selamat menulis, selamat berbahagia.

Daftar Pustaka

Abdullah Taslim, Atasi Marahmu, Gapai Ridho Rabbmu, https://muslim.or.id

Cory James Patrick, The Therapeutic Expression of Anger: Emotionally Expressive Writing and Exposure, Agustus 2013, https://dc.uwm.edu  

Elisabeth Christiana, Vryscha Novia Ningsih, Effectivity of Expressive Writing Technique to Increase the Emotional Anger Management to 10th Grade Electrical Engineering Student in State Vocational High School 1 Driyorejo, Gresik, East Java, DOI: 10.2991/icset-17.2017.73, Januari 2017, https://www.researchgate.net/

Yeni Dwi Rejeki, Peningkatan Kemampuan Mengelola Emosi Marah Melalui Teknik Expressive Writing Pada Siswa Kelas XI di SMA Negeri 2 Bantul, Juni 2014, FIP UNY, diakses dari https://eprints.uny.ac.id

.

Ilustrasi : https://ey4pc.com/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.