.

Writing for Wellness – 79

Oleh : Cahyadi Takariawan

“Why does this simple process work so effectively? Because treatments that target acute rather than chronic pain address only the physical aspects of pain. Expressive writing, on the other hand, addresses the emotional/ neurological connection, a significant component of chronic pain” – David Hanscom

.

Seorang profesor, datang kepada David Hanscom, dengan saraf punggung bawah yang terjepit, sehingga menyebabkan sakit kaki. Hanscom menyarankan untuk melakukan operasi sederhana yang disebut laminotomy; tetapi sebelumnya didahului dengan aktivitas menulis ekspresif selama beberapa pekan.

Profesor tersebut menolak keras untuk melakukan tindakan menulis ekspresif. namun Hanscom juga menolak untuk melakukan operasi, jika Profesor tidak melakukan menulis ekspresif. Akhirnya sang Profesor bersedia menulis ekspresif seperti saran Hanscom.

A few weeks later the professor returned. “This is ridiculous,” he said, laughing; “I began the writing, and within a week my pain was gone!” – David Hanscom

Beberapa pekan kemudian Profesor kembali. “Ini konyol,” katanya sambil tertawa. “Saya mulai menulis, dan dalam satu pekan rasa sakit saya sudah hilang!” Dia juga menerapkan berbagai tindakan lain yang direkomendasikan Hanscom. Bertahun-tahun kemudian sang Profesor tetap bebas dari rasa sakit, tanpa melalui operasi.

Dr. David Hanscom adalah ahli bedah ortopedi bersertifikat, yang mengkhususkan diri dalam bedah koreksi kelainan bentuk tulang belakang kompleks seperti skoliosis dan kifosis. Sebagian besar praktiknya dikhususkan untuk melakukan operasi pada pasien yang telah menjalani beberapa operasi tulang belakang sebelumnya.

The act of writing creates a space between you and your thoughts – David Hanscom

Hanscom berhenti dari praktik bedahnya pada tahun 2019 untuk membantu pasien dan tenaga medis terkait cara mengatasi nyeri kronis. Ia memberikan tawaran solusi efektif yang terdokumentasi dengan baik untuk mengatasi nyeri kronis. Salah satu cara yang dilakukan Hanscom adalah dengan menulis ekspresif. Hanscom juga kontributor pada Psychology Today.

Membantu Meredakan Nyeri Kronis dengan Menulis Ekspresif

Nyeri kronis adalah masalah neurologis kompleks yang diperburuk oleh peningkatan kadar bahan kimia stres. Sakit mental dan fisik diproses dengan cara yang sama. Namun, rasa sakit mental memiliki dampak yang lebih besar pada hidup Anda karena Anda tidak dapat menghindarinya. Banyak gejala fisik yang diciptakan oleh perubahan kimiawi tubuh Anda yang berkelanjutan.

Mark A. Lumley dan tim (2011) menyatakan, stres dan penghindaran emosi negatif dapat menyebabkan rasa sakit kronis. Teknik pengungkapan emosional tertulis atau lisan dapat membalikkan penghindaran emosional dan meningkatkan kesehatan. Sebanyak 18 studi telah menguji efktivitas menulis ekspresif terhadap pasien dengan nyeri kronis. Studi Lumley dan tim berusaha untuk memberikan panduan penggunaan klinis dari teknik menulis ekspresif.

“The act of writing, however, causes the brain to release chemicals that calm the nervous system. As an added bonus, many people have reported that expressive writing right before bedtime allows them to fall asleep more quickly than when they don’t write” – David Hanscom

Berbeda dengan Hanscom, yang sangat yakin dengan efektivitas menulis ekspresif dalam mengatasi nyeri kronis. Menurutnya, pengobatan nyeri lebih banyak fokus menangani aspek fisik nyeri. Sementara itu, menulis ekspresif melibatkan hubungan emosional serta neurologis, yang menjadi komponen penting dari pengobatan nyeri kronis.

Awalnya, Hanscom mencermati lebih dari 1.000 penelitian dalam literatur ilmu saraf yang mendokumentasikan proses penyembuhannya gangguan mental dan fisik, melalui menulis ekspresif. Selanjutnya, berdasarkan pengalaman menangani ratusan pasien, Hanscom menemukan alasan, bagaimana menulis ekspresif bisa efektif dalam mengurangi nyeri kronis.

Writing in itself is a complex neurological process. All of this results in the establishment of new neural circuits in the brain, new ways of responding to old pain triggers – David Hanscom

Menurut Hanscom, Anda tidak bisa menekan (mematikan) pikiran negatif. Penelitian telah menunjukkan bahwa menekan pikiran tidak hanya membuatnya lebih kuat, tetapi juga merusak memori jangka pendek. Namun, Anda dapat melepaskan diri dari pikiran yang tidak Anda inginkan. Tindakan menulis menciptakan ruang antara kesadaran Anda dan pikiran Anda.

Hanscom menyatakan, emosi negatif yang kuat, menyebabkan produksi hormon stres, yang merangsang sirkuit rasa sakit. Aktivitas menulis menyebabkan otak melepaskan bahan kimia yang menenangkan sistem saraf. Sebagai bonus tambahan, banyak orang melaporkan bahwa menulis ekspresif tepat sebelum waktu tidur memungkinkan mereka tertidur lebih cepat daripada ketika mereka tidak menulis.

By expressive writing, you associate your thoughts with the visual and tactile sensations of writing, which connects with the unconscious brain – David Hanscom

Dengan tulisan ekspresif, Anda mengasosiasikan pikiran Anda dengan sensasi visual dan sentuhan dari tulisan, yang terhubung dengan otak bawah sadar. Menulis itu sendiri merupakan proses neurologis yang kompleks. Menulis mampu menghasilkan pembentukan sirkuit saraf baru di otak, cara baru untuk merespons pemicu nyeri lama.

Menurut Hanscom, saat Anda terus menulis setiap hari, sirkuit baru yang “sehat” ini tumbuh lebih kuat dan pada akhirnya mengambil alih sirkuit lama yang bertanggung jawab atas pengalaman sakit. Inilah keajaiban plastisitas otak, yang memungkinkan begitu banyak pasien menghilangkan rasa sakit kronis mereka tanpa operasi.

As you continue to write every day, these new, “healthy” circuits grow stronger and eventually take over the old ones responsible for your experience of pain. This is the miracle of brain plasticity, which allows so many patients to eliminate their chronic pain without surgery – David Hanscom

Inilah keajaiban otak, yang memungkinkan begitu banyak pasien menghilangkan rasa sakit kronis mereka tanpa operasi. Jika Anda terobsesi dengan pikiran dan perasaan, mencoba menekan atau mematikannya, atau terlalu banyak menganalisisnya, justru berisiko memperkuat sirkuit rasa sakit lama Anda. Hal ini disebabkan karena otak manusia berkembang di area tempat mereka memberikan perhatian.

As you write, focus on the physical sensations you are experiencing, as this helps create new neurological connections – David Hanscom

Saat Anda menulis, fokuslah pada sensasi fisik yang Anda alami, karena ini membantu menciptakan koneksi neurologis baru. Jangan menganalisis pikiran Anda. Ini memungkinkan sistem saraf Anda untuk tenang, dan gejala nyeri berkurang.

Hanscom meminta semua pasien saya menulis selama 15 hingga 30 menit sebagai praktik wajib setiap hari. Setelah dua pekan, perbedaan luar biasa mulai dirasakan pasien, terlebih karena mampu membantu mendapatkan tidur malam yang nyenyak.

Selamat menulis, selamat menikmati kebahagiaan.

Bahan Bacaan

David Hanscom, Expressive Writing: Your First Step to Eliminate Chronic Pain, https://www.osteopath-hannover.com

David Hanscom, 5 Steps to Relieve Chronic Back Pain, diakses pada 22 Maret 2021, dari https://www.spiritualityhealth.com

Life in Slow Motion, 31 Days of Expressive Writing for People with
Chronic Illness and Pain
, https://lifeinslowmotion.thinkific.com diakses pada 22 Maret 2021

Mark A. Lumley dkk, Emotional Disclosure Interventions for Chronic Pain: from The Laboratory to the Clinic, DOI : 10.1007/s13142-011-0085-4, 12 November 2011, https://www.ncbi.nlm.nih.gov

.

Ilustrasi : https://coloradopaincare.com/

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.