.

Oleh : Cahyadi Takariawan

“Writing was a relationship I had with myself. When I was writing, nobody else mattered” – Jane Anne Staw (2018)

.

Sangat banyak penulis pemula yang menulis dengan penuh kecemasan. Baru menulis satu kalimat, sudah mulai merasa cemas. Baru menulis satu paragraf sudah mulai diserang kecemasan. Dampaknya, memilih tidak meneruskan menulis. Atau tetap meneruskan menulis, namun dengan diliputi kecemasan tiada henti.

Ada beberapa faktor yang memicu kecemasan menulis. Saya akan fokus pada lima kecemasan menulis (writing anxiety)berikut.

Pertama, kecemasan atas isi tulisan –takut salah

Kadang seseorang menulis sambil diliputi kecemasan, “Apakah isi tulisanku ini benar?” Ata, “Apakah aku menulis hal yang salah?” Kecemasan seperti ini membuat seseorang merasa tidak nyaman. Dirinya berada dalam situasi takut salah.

Kedua, kecemasan atas kualitas tulisan –takut jelek

Ketika secara isi sudah yakin benar, tak ada yang salah substansi, muncul kecemasan berikutnya. “Apakah tulisanku ini bagus?” Jangan-jangan kualitas tulisanku ini jelek, cuma ecek-ecek.

Ketiga, kecemasan karena perbandingan –takut kalah

Kecemasan lain yang sering muncul adalah takut kalah dalam sebuah ‘persaingan’. Ini tidak selalu terkait dengan lomba atau kejuaraan. Namun karena membandingkan tulisannya dengan hasil karya orang lain. “Jangan-jangan kalah sama tulisan si itu”.

Keempat, kecemasan atas penilaian –takut kritik

Kecemasan berikutnya adalah karena penilaian orang lain. Terlalu berharap pujian, justru melahirkan kecemasan dalam menulis. “Jangan-jangan tulisanku tak ada yang membaca. Jangan-jangan tulisanku dikritik orang. Bagaimana jika tidak ada yang memberi komentar?”

Kelima, kecemasan atas penerimaan –takut ditolak

Kecemasan jenis lainnya adalah saat menulis artikel untuk koran atau majalah. Muncul ketakutan bahwa naskahnya ditolak. Jika ingin menerbitkan buku, takut naskahnya tidak diterima oleh penerbit mayor.

Mengatasi Writing Anxiety dengan Thinking Small

Saya tertarik anjuran yang disampaikan oleh Jane Anne Staw. Sebagai penulis, ia juga pernah mengalami writing anxiety. Maka ia menyarankan teknik mengatasi kecemasan menulis dengan “thinking small”, atau berpikir kecil. Apa yang dimaksud denga metode ‘thinking small’? Berikut beberapa bentuknya.

  • Melihat dari bagian yang kecil

Saat Anne mengalami kecemasan, maka ia akan melihat bagian-bagian kecil dari tulisan. “I made a deal with myself”, ujar Anne. Ia mulai dengan membuat kesepakatan dengan diri sendiri untuk melihat bagian yang kecil.

Anne memaksa diri untuk menyelesaikan satu paragraf penuh, sebelum ia berhenti untuk membaca kembali tulisannya. Ketika ia merevisi, hanya boleh membaca paragraf itu sekali. Tidak boleh berkali-kali.

Ketika ia mulai bisa menulis lebih lancar, ia memaksa diri untuk menulis satu halaman penuh. Sebelum selesai menulis satu halaman penuh, ia tidak akan membiarkan dirinya membaca ulang apa yang telah ditulis. Ia juga hanya boleh membaca halaman itu sekali untuk melakukan revisi.

Lambat laun, Anne makin mampu menulis dengan lancar. Ia bisa duduk manis dan menulis dalam waktu lama tanpa merasa kecemasan lagi. Saat itu ia tidak perlu mengulang-ulang dari paragraf atau halaman. Ia bisa fokus menulis tanpa harus berhenti untuk membaca ulang bagian-bagian kecil tersebut.

  • Menetapkan kepingan waktu yang kecil

Anne menyarankan hal unik, agar Anda menyempitkan waktu untuk menulis. Jika suatu hari Anda merasa memiliki waktu yang luang, maka justru cenderung membuat santai dan tidak menulis. Namun jika Anda membatasi waktu yang kecil, sempit dan sedikit, maka Anda justru akan benar-benar mengoptimalkan kepingan waktu yang kecil tersebut.

Saat Anne merasa memiliki banyak waktu, ia justru akan melakukan banyak hal, dan memberi porsi sedikit untuk menulis. Ia membersihkan kulkas, menjawab email, menanggapi pesan chat. Sampai akhirnya sampai batas waktu limit yang kecil, mungkin 30 menit, untuk benar-benar menulis.

Menurut Anne, terlalu banyak waktu, justru menimbulkan banyak kecemasan. Maka ia tidak mau terjebak dalam banyak kecemasan. Ia sempitkan waktu, dengan menentukan  sekeping waktu kecil, yang membuat dirinya benar-benar menulis tanpa kecemasan.

  • Menulis untuk populasi yang kecil

Salah satu kecemasan menulis adalah membayangkan tentang publikasi yang luas. Mungkin naskah Anda akan ditolak koran atau penerbit. Jika sudah diterbitkan, akan ada banyak komentator, juga ada banyak kritikus. Ini membuat cemas saat menulis.

Ini cara Anne yang unik. “When I wrote, I shrank my writing universe to a population of one. Writing was a relationship I had with myself; when I was writing, nobody else mattered”, ujar Anne.

Ketika Anne menulis, ia ‘mengecilkan’ dunia tulisan menjadi ‘populasi satu’. Ia menganggap menulis adalah hubungan yang dibangun dengan diri sendiri. Saat ia menulis, tidak ada orang lain yang penting. Seakan ia tengah menulis untuk diri sendiri.

Jika tidak menulis untuk diri sendiri, pikirkan satu orang pembaca potensial saja. “To have at the most one ideal reader in mind when they write”, ujar Anne. Pikirkan satu pembaca ideal saja saat menulis. Tak usah membayangkan ribuan atau jutaan pembaca.

Once I had finished the piece, I could think about readers and publication”, lanjut Anne. Setelah menyelesaikan tulisan, ia baru berpikir tentang pembaca dan cara publikasi. Dengan demikian, saat menulis benar-benar ia menikmati proses bersama dirinya sendiri. Tak ada orang lain.

  • Ambisi yang kecil

Ambisi yang terlalu besar terhadap kualitas tulisan kita, adalah pemicu kecemasan. Saat menulis telah memiliki ambisi prestisius terhadap karya yang akan dihasilkan. “Many people I know are ambitious about their writing”, ujar Anne. Ternyata ambisi itu justru memicu kecemasan.

Menurut Anne, pada dasarnya ambisi tidaklah buruk, namun akan melahirkan gangguan dalam menulis. “Ambition is not bad in and of itself. But it definitely interferes with your writing”, ujar Anne. Maka hendaknya kita pandai menyederhanakan ambisi dalam menghasilkan karya tulis.

Mungkin saja tulisan kita tidak mendapat aplaus dari jutaan pembaca. Namun cukuplah kita berbahagia apabila ada satu atau dua orang pembaca yang mendapat kemanfaatan dari tulisan yang kita publikasikan. Ini contoh ambisi yang sederhana.

  • Fokus pada proses

Beberapa penulis cemas memikirkan penerbit dan model penjualan buku. Baru mulai menulis, sudah diliputi kecemasan penerbit mayor yang akan melirik, serta cara cepat menjual buku. Pemikiran seperti ini memicu kecemasan saat menulis.

Saran Anne, “To focus on the moment they are writing about—the current word, scene, or paragraph– and not the entire writing project”.  Hendaknya kita fokus pada proses menulis — pada kata, kisah, atau paragraf yang tengah dikerjakan. Bukan fokus pada keseluruhan proyek yang hendak ditulis.

To concentrate on the process, not the product. To stay with the writing and not the publication of their project”. Hendaknya Anda fokus pada proses menulis, bukan pada produk yang hendak Anda buat. Untuk tetap fokus menulis dan bukan memikirkan publikasi.

Dengan cara-cara kecil ini, kecemasan menulis akan lenyap. Itulah metode “thinking small”, agar menulis bisa lancar tanpa kecemasan.

Bahan Bacaan

Jane Anne Staw, Make Your Writing Anxiety Disappear By Thinking Small, https://www.janefriedman.com, 10 April 2018 

3 thoughts on “Thinking Small, Mengatasi Kecemasan Menulis

  1. Terima kasih pak Cah, saya merasa tulisannya selalu mengena kepada, saya sehingga saya seperti mendapatkan solusi untuk permasalahan yang saya hadapi.

    1. Masya Allah. Sangat menginspirasi Gurunda. Obat ampuh untuk penulis pemula yang kerap gundah gulana dalam menuntaskan tulisan yang ingin dilahirkannya.

      Thank You Very Much Gurunda

      1. Bismillahirrahmaanirrahiim

        Kecemasan menulis yang muncul pada awal menulis tentu ini hal biasa, dalam sebuah proses.
        Menurut Jane Anne Staw, ” writing was relationship I had with myself. When I was writing no body else mattered “.( Kutipan oleh Cahyadi Takariawan)

        Menurut Cahyadi Takariawan ada lima
        kecemasan menulis sebagai berikut:
        1. Kecemasan atas isi tulisan
        takut salah.
        2. Kecemasan atas kualitas tulisan
        takut jelek.
        3. Kecemasan karena perbandingan
        takut
        kalah.
        4. Kecemasan atas penilaian
        takut kritik.
        5. Kecemasan atas penerimaan
        takut ditolak.

        Bagaimana mengatasi kecemasan menulis?

        Mengatasi kecemasan menulis (writing anxiety) dengan berpikir kecil (thinking small) pendapat ini adalah cara yang dilakukan oleh Jane Anne Staw yang disarikan oleh Cahyadi Tariawan sebagai berikut:
        1. Melihat dari bagian yang kecil.
        2. Menetapkan kepingan waktu yang kecil.
        3. Menulis untuk populasi yang kecil.
        4. Ambisi yang kecil.
        5. Fokus pada proses.

        Terima kasih pak Cah
        Jazakallahu khair

        Sabtu, 31/10/2020

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.